Sabtu, 23 Februari 2013

Posted by Unknown
No comments | 01.03
Klakson didefinisikan sebagai terompet elektromekanik atau sebuah alat yang membuat pendengarnya waspada. Biasanya klakson digunakan pada kereta, mobil dan kapal untuk mengkomunikasikan sesuatu, dimana klakson memberi tahu pendengarnya bahwa ada kendaraan yang datang dan mengingatkan akan kemungkinan bahaya yang terjadi.
Klakson sejatinya berfungsi sebagai peringatan akan bahaya. Namun fungsi ini ternyata telah mengalami perubahan seiring kehidupan manusia yang juga dinamis, klakson ternyata telah beralih fungsi menjadi alat yang digunakan untuk mewakili bentuk ketidaksabaran pengguna kendaraan tsb saat di jalan. Selain faktor rendahnya kesadaraan berkendara yang baik juga terdapat ribuan masalah berantai mengikutinya. Mulai dari banyaknya polemik pengaturan sebuah lembaga bernama kepolisian dalam mengatur lalu lintas dan perizinan pengeluaran sebuah baru bernama SIM, dimana semua tak lepas dari proses uang, contoh: berkendara tanpa sim 50rb, dak make sepion sekian ribu mbuat sim cepat 300rb lambat sekian ribu dll. Ketidak sabaran berkendara ini merupakan sebuah wujud egois yang menjadi karakter sebagian besar pengguna jalan di republik ini, dampak egois ini pun beragam. kemacetan lalu lintas, kecelakaan, bahkan sampai ke kematian. Menyedihkan memang. Dan sayang Egoisme itu kini menjadi “mental bersama” masyarakat kita.

Masih tentang egois dan klakson. Sebuah perusaan pengangkut batubara yang kabar-kabarnya di backup oleh penguasa lokal di sumsel secara  arogan menguras habis cadangan batu bara sumsel yang merupakan 50% cadangan batubara nasional sekitar 51,7 trilyun ton, untuk di bawa keluar sumsel untuk menghidupi listrik jawa dan bali. Sebuah Pembangkit Listik bersekala nasional di jawa barat, Yaitu Suralaya. Dampaknya luar biasa pada Jalan publik yang dilalui oleh konfoi kendaraan ini, Rusak parah, berlubang dan kemacetan. Selain dari effect Konfoi kendaraan pengangkut batu bara ini, Sumsel pun tahun ini ditunjuk menjadi tuan rumah sebuah perhalatan akbar yang bernama SEA GAMES, sehingga dana untuk perbaikan jalan pun beralih fokus ke perhelatan akbar ini, padahal juga  banyak polemik mulai dari proses tender sampai kasus korupsi yang melibatkan sekretaris kemenegpora dan salah satu bendahara partai penguasa sekarang, juga pembangunan undermall di lapangan parkir stadion bumi yang dinilai banyak pihak mengganggu drainase, sanitasi serta tata kota Palembang, juga merupakan bagian dari proyek ‘mercusuar’ ini.

Sekarang membahas tentang Jalan, khusus nya jalan Palembang-Indralaya. Sebuah jalur vital yang juga dilalui kendaraan pengangkut batubara ini. Selain jalan publik jalan ini juga merupakan jalan yang sering digunakan oleh masyarakat baik dari palembang maupun indralaya yang tinggal ataupun beraktifitas di dua kota tersebut seperti bekerja sekolah atau pun kuliah, merasa terganngu dengan kondisi jalan yang sering macet sampai berjam-jam dan diperparah dengan kondisi jalan yang rusak berat. Dan parahnya penguasa lokal di Sumsel terkesan menyengaja dan mebiarkan kondisi ini, selain ada kepentingan terkait pengelolaan batubara juga terkait dengan pengalih fungsian dana perbaikan jalan ke SEA Games.
Padahal jika dibiarkan bagaimana dampaknya terhadap kesejahteraan rakyat, seberapa banyak peluang kerja hilang karena ini, pedagang kehilangan pelanggan karena habisa waktu di jalan, yang ngantor telat sehingga batal rapat atau meeting penting, mahasiswa yang kuliah kehilangan jam kuliah. Penyebabnya satu, kemacetan. Bagaimana dengan orang yang sakit, ibu yang mau melahirkan, mahasiswa yang akan sidang skripsi?
Disini terlihat jelas arogansi penguasa lokal Sumsel ini, dengan politik ‘mercusuar’ nya. Sibuk membangun sesuatu yang serba “wah” untuk sumsel, Wisma Atlet, kolam renang semuanya standar Olimpiade, belum lagi Under Mall, rumah sakit mata. Semuanya serba Mewah dan Wah. dengan harapan menarik investor asing masuk, dan menguatkan ekonomi makro. Sementara di sektor ril nya nihil. “Palsu” semua apa yang dikatakannya untuk rakyat sumsel, Seperti halnya sekolah gratis dan berobat gratis yang sampai sekarang masih menyisakan berjuta tanya dalam pelaksanaanya, gratis apanya?

Bunyikan klakson keras-keras sebagai wujud ketidak sabaran rakyat sumsel terhadap kemacetan dan politik mecusuar penguasa Sumsel yang arogan ini, teringat sebuah kalimat yang di ucapkannya, siapa yang tidak setuju SEA Games di sumsel, temui saya atau silahkan keluar dari Sumsel, sebuah kalimat yang menunjukkan arogansi seorang penguasa.

19 Mei 2011

Di bawah suara klakson yang terus bergema di sepanjang jalan Indralya-Palembang, mewakili kegelisahan teman-teman. Tolak Hegemoni Kezaliman Manual dan Hegemoni Penindasan Digital.
Budiyono Eko (Elang Merah Revolusi)

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

About